Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2020

19

Halo, Hari ini, tepat sembilan belas tahun saya hidup. Terimakasih untuk Bapak dan Mama yang telah membesarkan Kakak dengan baik dan penuh kasih sayang. Dan juga untuk orang-orang di sekitar saya, terima kasih. Semakin tua, saya sadar bahwa Hari Lahir ternyata tidak begitu hebat atau spesial, saya tua dan hidup semakin menantang, keras dan saya harus semakin melakukan banyak hal agar hidup saya berarti. Harapan untuk diri saya kedepannya adalah; semoga apa yansg saya inginkan satu-satu semuanya terlaksana. Saya pikir, saya sudah cukup dewasa untuk hidup. Ternyata, belum. Ada banyak hal yang saya sadar belakangan, bagus sih- daripada nggak pernah sadar. Buat saya, menjadi dewasa adalah keharusan. Mungkin saya harus banyak membaca agar pola pikir saya terasah dan banyak belajar dari banyak hal; orang, pengalaman atau sebuah kejadian. Sejauh sembilan belas tahun saya hidup, saya mempunyai beberapa hal yang akhirnya saya mengerti. Mungkin kita juga punya pikiran yang sama. Kira-kir

Angkringan dan Kamu Yang Cukup

Suara klakson motor dan berbagai kendaraan saling beradu menghiasi padatnya malam Jakarta kala itu. “Aku mau nasi kucing,” perempuan itu mengambil satu dari puluhan bungkus kecil nasi khas angkringan itu. “Kamu apa?” “Apa, ya,” laki-laki itu malah kembali bertanya. “Menurut kamu aku harus makan apa?” “Sama aja ya, kayak aku,” tanpa disetujui, perempuan itu mengambil tiga bungkus. “Kalau satu aja, kamu nggak kenyang.” Laki-laki itu tertawa kecil, ia tahu perempuan yang sudah bersamanya sejak beberapa bulan terakhir ini sering meledek kalau ia makannya banyak. “Iya deh,” “Enak banget, mau nangis,” ucap si perempuan berlebihan. “Lebay.” “Yeu,” perempuan itu menatap jengkel si laki-laki. “Aku udah lama banget mau makan di angkringan sama kamu.” Laki-laki itu tersenyum kecil, mulutnya masih penuh dengan kunyahan tongkol suwir. “Masa?” “Iya!” jawabnya semangat. “Tapi, seandainya kita nggak kesini, aku juga mau mam nasi goreng sama kamu,” ucapnya agak malu. “Kenapa nasi go